Pasokan Komoditas Pangan di Pasar Kramat Jati Turun
Foto : ISTIMEWA
Pemerintah harus dapat mengatur pola tanam petani dengan mengatur panen cabai setiap tiga bulan sekali untuk menghindari langka dan harga cabai meroket.
JAKARTA – Musim kemarau mulai dirasakan beberapa pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Dua bulan terakhir ini, pasokan beberapa komoditas turun yang berimbas pada kenaikan harga, seperti cabai, bawang merah, dan lain sebagainya.
Pedagang cabai, Toto, menjelaskan harga cabai rawit kini bisa mencapai 50.000 rupiah per kilogram dari yang sebelumnya berada di kisaran 40.000 rupiah per kilogram pada pekan lalu. Cepatnya kenaikan harga cabai, menurut Toto, salah satunya karena panjangnya musim kemarau yang mempengaruhi masa panen.
“Para petani di daerah-daerah mulai mengalami kesulitan air. Harga sudah beranjak naik dan mungkin bulan Agustus nanti mencapai puncaknya karena berdekatan dengan perayaan Idul Adha. Setelah itu mungkin baru bisa kembali ke harga normal atau turun,” kata Toto, Selasa (9/7).
Toto menambahkan, saat ini permintaan konsumen cenderung turun meski tidak menutup kemungkinan menjelang Idul Adha mendatang permintaan dapat meningkat.
“Omzet beberapa pekan ini tidak ada kenaikan, bahkan malah turun 5–10 persen. Dinikmati saja yang penting tetap usaha,” ujar Toto.
Selain Toto, pedagang cabai lainnya, Edi, juga merasakan dampak kemarau panjang terhadap penjualannya. “Mau gimana lagi, karena memang pasokannya pun kadang tidak jelas. Palingan saya selama beberapa bulan ini nggak berani memasok cabai terlalu banyak karena serbasalah juga kalau harganya tinggi siapa yang mau beli?” keluh Edi.
Sementara itu, menurut pedagang bawang, Laras, harga bawang putih selama beberapa pekan cenderung stabil. Per Selasa (9/7), harga bawang putih berada di kisaran 25.000–30.000 rupiah per kilogram. Sedangkan harga bawang merah mengalami kenaikan dan penurunan pada beberapa pekan.
“Harga bawang merah sekarang 20.000 sampai 25.000 rupiah per kilogram. Satu atau dua minggu lalu sempat naik, lalu stabil, kemudian sekarang cenderung turun,” kata Laras.
Langkah Antisipasi
Sebelumnya, pedagang cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, meminta pemerintah mengantisipasi kenaikan harga seiring jumlah pasokan dari petani yang mulai menurun.
“Harga cabai mulai merangkak naik dalam dua bulan terakhir, harus diantisipasi dari sekarang, kalau tidak pada akhir tahun nanti bakal melambung lagi seperti kejadian pada 2016 lalu yang menembus 125.000 rupiah per kilogram,” ujar pedagang cabai, Dwi, di Pasar Induk Kramat Jati.
Menurut dia, pemerintah harus dapat mengatur pola tanam petani dengan mengatur panen cabai setiap tiga bulan sekali. Misalnya, agar panen November–Desember, petani menanam cabai rawit pada bulan ini atau Agustus–September.
Dwi menambahkan, dalam sehari dirinya bisa menjual cabai rawit merah mencapai tiga ton, namun saat ini mulai menurunenjadi sekitar dua ton. “Kalau harga cabai naik terus, bisa mengganggu penjualan harian nanti, susah cari pembeli,” katanya.
Salah satu pembeli, Rina, menyatakan sepakat mengenai pemerintah harus mengantisipasi kenaikan cabai ke depannya. “Cabai mulai naik harganya, harga makanan jual juga bakal naik juga nantinya, pemerintah harus antisipasi,” ujar Rina, yang mengaku memiliki warung makan sederhana.
Ia berharap kenaikan harga cabai lebih tinggi dapat ditahan sehingga tidak mengganggu aktivitas bisnis makanannya ke depan. pin/Ant/P-5
Submit a Comment